The Most Stupid Wanderer

Thursday 23 October 2008

The Most Stupid Wanderer - Pengelana Paling Bodoh

"Terkisahlah seorang pengelana yang sedang melakukan perjalanan. Dia begitu bodoh, dan sangat mudah ditipu. Bahkan tanpa ia sadari, semua orang kota telah berhasil menipunya dengan mudah. Selama itu, uang yang dibawanya juga pakaian serta sepatu yang dikenakannya, semuanya habis satu-persatu karena tipuan orang-orang itu. Tapi, pengelana itu sedemikian bodohnya, sehingga dia selalu mempercayai ucapan penduduk kota, yang mengatakan bahwa pemberiannya sangat berarti bagi mereka.



Setiap mendengar cerita-cerita palsu dari para penduduk kota, sambil memberikan barang-barang bawaannya, air mata si pengelana berlinangan. "Semoga kalian bahagia", begitulah doanya untuk mereka.


Sampai akhirnya, dia tidak memiliki selembar pakaian pun untuk dikenakan, dan si pengelana merasa malu dengan keadaannya itu. Karenanya, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya di dalam hutan yang tidak berpenghuni. Kali ini, dia bertemu dengan para siluman penghuni hutan. Para siluman itu ingin memakan tubuh si pengelana, sehingga mereka menggunakan permainan kata untuk menipunya. Tentu saja si pengelana terpedaya dan ia pun menyerahkan satu demi satu kaki, kemudian lengannya, dan seterusnya.


Akhirnya, yang tertinggal pada si pengelana hanyalah bagian kepalanya. Siluman yang terakhir datang mendekatinya. Sambil memakan bola mata si pengelana dengan lahap, dia berkata, "Aku akan memberimu hadiah sebagai tanda terima kasihku". Namun, ucapan itu pun tak lebih dari sebuah kebohongan. Hadiah yang dimaksudnya hanyalah selembar kertas bertulisan 'Bodoh' di atasnya.


Tapi, si pengelana berlinangan air mata. "Terima kasih, terima kasih. Ini pertama kalinya aku mendapatkan sebuah hadiah! Senangnyaa.. Senang sekali!! Terima kasih! Terima kasih!". Dari dalam mata yang sudah tidak punya bola mata, air matanya terus berlinang. Lalu dalam keadaan seperti itu, si pengelana menghembuskan nafasnya yang terakhir."

Apa yang pertama kali terlintas di kepala lo setelah baca cerita di atas? Apa lo akan menertawakan dan menghina si pengelana itu karena ia terlalu bodoh? Ataukah lo akan merasa kasihan dengan pengelana yang dengan begitu bodohnya itu kehilangan kesenangan di masa hidupnya?

Coba lo renungin, tentang si pengelana yang menangis sambil berterima kasih, walaupun dia sudah ditipu hingga hanya kepalanya yang tersisa. Percuma aja kalo kita melihatnya dari sisi untung ruginya, ataupun susah senangnya, karena si pengelana nggak memikirkan hal itu. Kalo menurut orang-orang, itu adalah tindakan bodoh, gue gak berpikir demikian. Kalo orang-orang berpikir itu adalah lelucon dan tipuan, gue akan berpikir sebaliknya. 'Aku hanya ingin memberikan kebahagiaan dan kegembiraan bagi seseorang', mungkin itu lah yang ada di pikiran si pengelana. Ia hanya ingin membantu orang-orang sebisa mungkin, tak peduli apakah nantinya ia sendiri yang membutuhkan bantuan.

Kalo lo pejamin mata, dan bayangin, orang yang paling lo sayang, adalah orang yang rela mengorbankan apa yang seharusnya menjadi haknya, untuk selalu berusaha menolong setiap orang yang membutuhkan bantuan di sekitarnya, tanpa mengharapkan pamrih. Apa lo akan mengejeknya dan menertawakannya? Apa lo akan kasian melihatnya yang seolah kehilangan kebahagiaannya di mata lo?

'Aku hanya ingin memberikan kegembiraan bagi seseorang'

Sekarang, gimana menurut lo? Meskipun begitu, apa lo masih menganggapnya sebagai suatu kebodohan?

1 comments:

zarathezara said...

Ngemeng aje lo ja!